Performa olah raga mencapai puncaknya pada jam 11 malam

Jumat, 02 Desember 2011

Sebuah studi baru menemukan bahwa performa puncak sering terjadi pada malam hari sehingga atlit olah raga bukan daya tahan seperti renang dan lari jarak pendek dapat memperbaiki waktu mereka jika bersaing pada jam 11 malam. Studi yang baru dipublikasikan di Journal of Applied Physiology menemukan bahwa setiap orang mempunyai irama siklus atletik yang dikontrol di hipotalamus belakang otak dan berputar setiap 24 jam. Ritme alami membantu mengatur tingkah laku dan perubahan metabolik pada performa fisik. Saat penelitian ini menunjukkan waktu daya tahan puncak, studi lain menyarankan bahwa tubuh lebih prima untuk berolahraga pada sore dan malam hari.


Christopher Kline, peneliti pada Departement of Exercise Science di Universitas South Carolina mengatakan “Mayoritas ritme tingkah laku dan fisiologi dapat mempengaruhi puncak daya tahan. Tampaknya pertemuan puncak kedua ritme yang mendorong ritme daya tahan atletik.

Yang cukup menarik perhatian dari 25 perenang yang berpartisipasi dalam studi ini, kebanyakan melaporkan daya tahan terbaiknya pada pagi hari. Namun demikian, para peneliti mencurigai siklus lain seperti tidur, makan dan cahaya matahari, dapat menutupi ritme Sirkadian atletik seseorang. Setelah faktor-faktor tadi dihilangkan, perbedaan rata-rata antara daya tahan terbaik dan terjelek dari para perenang adalah 5,84 detik, yang tampaknya tidak terlalu besar, namun bagi atlet professional dapat berarti perbedaan antara mendapatkan medali emas saat Olimpiade dan pulang dengan tangan kosong. Juara pertama dan ketiga wanita yang berkompetisi di 200 meter gaya bebas Olimpiade 2004 hanya berbeda 0,42 detik.

Berdasarkan penemuan-penemuan studi ini, Kline mendorong para atlet agar lebih memperhatikan sistem Sirkadian mereka dan membuat penyesuaian jika bepergian melewati beberapa zona waktu.

Patrick O’Connor, Profesor dan Direktur Exercise Psychology laboratory di Universitas Georgia, telah melakukan penelitian serupa. Menurutnya, “Studi ini merupakan eksperimen terbaik yang ditujukan untuk menguji pengaruh ritme Sirkardian pada daya tahan karena telah menghilangkan beberapa kekacauan yang biasanya diabaikan sebelum penelitian.”

Dia dan Kline setuju bahwa penemuan ini tidak dapat diterapkan untuk olah raga daya tahan yang dapat meningkatkan suhu tubuh inti di luar suhu maksimum harian biasa. “Pada kegiatan jangka panjang seperti lari 10 km, telah dihipotesiskan bahwa peningkatkan suhu tubuh inti membatasi daya tahan,” dijelaskan oleh O’Connor.

Untuk olah raga lain dan aktivitas atletik rutin, Kline menyarankan agar latihan, training, dan olah raga pada malam hari dapat optimal dan menghasilkan ketaatan latihan lebih baik dan efek training lebih besar.


( Sumber : nofa-sahabatsehat.blogspot.com )

0 komentar:

Posting Komentar